HinovelDownload the book in the application

TUJUH

*Axel Bara's point of view.

"Saran gue sih lebih baik lo hati-hati Bar." kata Eric tiba-tiba menyela pembicaraanku dengan Roy tentang Zara. Kami sudah dalam perjalanan pulang dan beberapa jam lagi kami udah ada di Indonesia.

"Aduh gue kenapa ya gak suka gitu kalo cewek gue diomongin yang macem-macem." kataku jengah. Setiap kali aku ngomongin tentang Zara, mereka selalu kayak gitu.

"Bukannya gitu, lo kan gak tau masa lalunya gimana. Sifat aslinya gimana. Kalo misalnya matre beneran? Lo baru pacaran, masih manis-manis sekarang mah." kata Eric.

"Tau lu. Bego juga kadang. Padahal kenal juga baru." kata Roy.

"Ya gimana ya? Gue setiap ketemu dia gak bisa tahan." jawabku jujur.

"Gabisa tahan apa? Gituan?" tanya Theo tiba-tiba nyamber.

"Bukann. Eh, ya itu juga termasuk sih. Tapi yang di sini itu loh." jawabku sambil memegang dan menunjuk dadaku. "Deg-degan terus! Abis itu kayak kepikiran terus. Lo tau kan gue mana pernah sih ngejer-ngejer cewe? Kalo gue ga ngerasa segitunya ya gak mungkin tiba-tiba gue tembak juga kan," jelasku.

"Kita kan cuma saranin lo buat hati-hati," kata Eric lagi.

"Iyaa. Makanya gue jalanin aja dulu. Gue juga gadiminta ngapa-ngapain sama dia." jawabku masih membela diri. "Gue tanya mau oleh-oleh juga dia nolak." terangku. Mereka hanya diam, seolah setuju padahal mungkin dalam hatinya ngatain aku bego.

"Lusa kita host tournament ya, di Pacific Place." kata Chris membuyarkan lamunan.

Aku hanya mengangguk, kemudian memasang headphone-ku kembali. Aku mengetik whatsapp untuk Zara.

Bara: I miss you.

Zara : Miss u too Bara❤️

***

*Zara Tricia's point of view.

"Kak, besok ada waktu kah? Anterin aku nonton tournament sama Nino, boleh ga?" tanya Juno.

Aku menjawab, "Hmm.. Jam berapa?"

Sejujurnya aku takut tiba-tiba Bara mengajakku pergi. Dia kan baru pulang dari Amerika. "Pacar kakak ajak aja. Sekalian kenalan." kata Juno membuatku langsung tersenyum. Aku senang banget mendengarnya mengatakan hal itu. Senaaanggg banget.

"Okay," tanpa basa basi sedikitpun. Aku langsung mengiyakan.

Yang bikin aku semakin senang, adalah ini.... "Bara kamu ada waktu kosong?" tanyaku dari telepon.

"Hari ini pun kosong, kenapa sayang?"

"Hari ini kamu istirahat aja, kan masih jetlag. Kalau besok udah enakan jam tidurnya, aku mau minta temenin nungguin Juno nonton tournament." kataku.

"Pacific Place ya??" tanya Bara. Membuatku mengernyitkan dahi. Tahu darimana dia? Benar-benar fans game itu ya?

"He-eh. Bisa gak?"

"Bisa sayang. Aku jemput?"

"Gausah Bara, ketemu di sana aja ya? Aku naik GoCar dari sini. Pulangnya aja yang bareng ya, kalau kamu gak sibuk,"

"Gak kok. Oke deh ketemu di sana ya besok jam 10 pagi." kata Bara dalam telepon.

"Oke. Kabarin ya besok bisa atau ngga," Klik. Aku mematikan telepon. Ngomong-ngomong aku juga belum tanya Juno acaranya jam berapa.

"Jun," aku berjalan keluar dari kamar dan memanggil Juno yang sedang main game di ruang televisi.

Dia menengok, jadi kulanjutkan pertanyaanku, "Jam berapa besok sampe di sana?"

"Jam 10." jawab Juno. Eh? Pas banget?

"Nino jam berapa ke sini?"

"8."

Baiklaaahh. Aku excited sendiri menunggu hari esok, mereka terlihat memiliki kesenangan hobi yang sama, jadi mungkin Juno akan senang jika dekat dengan Bara. Mungkin Bara bisa membantu Juno melupakan apa yang pernah dilakukan oleh Brian, mantanku. Dan semoga Bara bisa membuat Juno membuka hati untuk menerimanya sebagai pasangan kakaknya.

Download stories to your phone and read it anytime.
Download Free