HinovelDownload the book in the application

DELAPAN

Sesampainya di sana, aku menghubungi Bara via chat, dia membalas dan bilang padaku akan menunggu di depan stage. Aku hanya menurut. Juno? Sudah lari duluan bersama ketika aku sedang membayar taxi. Aku berjalan ke arah stage, menengok kiri kanan.

Tiba-tiba aku merasakan seseorang memelukku dari belakang. "Halo sayang." kata Bara sambil mencium pipiku. Aku bisa melihat matanya yang tajam meskipun memakai hoodie.

"Kamu ngapain pakai hoodie?" tanyaku sambil terkekeh. Bara hanya cengar cengir sambil terus memeluk aku. "Ih sok misterius gitu ah. Kayak terkenal aja" kataku lagi sambil tertawa.

"Kalo emang terkenal gimana?" tanya Bara masih dalam pelukan. Aku tidak menjawab banyolannya, lalu dia bertanya lagi, "Juno mana?"

Ketika ditanya seperti itu, aku jadi ikutan bingung, menengok kiri kanan mencari-cari 2 bocah itu. "Gatau ya, tadi sih mereka bilang ke sini duluan.." jawabku. "Aku cari du...."

"Halo semuanya! Apakabar?" suara MC di stage membuatku terdiam, suaranya keras banget.

"Aku Melisa akan nemenin kalian semua pada hari ini. Tournament ini terbuka untuk umum dan sudah banyak bangettt nih yang daftar. Sebelum aku membuka acara ini, mari kita sambut team GPS! Yang kemarin memenangkan juara 3 tournament internasional di Amerika! Mari beri tepuk tangannya!"

Beberapa orang berteriak histeris. Tapi aku gak bisa mendengar dengan jelas apa yang di teriakan.

"Bara, kita ke belakang yuk?" tanyaku. Namun Bara hanya melirikku, kemudian tersenyum.

"Kita sambut team leader dari GPS, Christian Gany, the XMan!"

Aku melihat ke arah stage, melihat idola Nino. Berjalan menggunakan hoodie berwarna kuning. Otakku loading. Lho? Ini? Aku melihat hoodie yang Bara kenakan. Sama?

"Next, Theoris Hardy, the YTea!" Aku menyadari si cowo berikutnya yang masuk ke stage menggunakan hoodie yang sama lagi.

"And then, Roy Yuri, the JR!" Sama lagi.

"Ericson Julian, the 3Ric!" Sama lagi.

"Kamu fans berat mereka ya?" tanyaku. Lagi-lagi Bara hanya melihatku, kemudian tersenyum Lama-lama aku jadi bingung banget dan risih sekaligus.

"The last and he's absolutely my favorite. The playmaker. Axel Bara the QBar!"

Aku bingung, lebih bingung adalah ketika Bara bergerak dari sisiku dan berjalan menuju stage. Aku jadi bengong.

Saat itu juga Juno berlari padaku. "Kak! Ada QBar!" jeritnya sambil menunjuk-nunjuk.

Aku mematung, cowo itu yang tadi memelukku, membuka hoodienya. Benar itu Bara. Bara? Pacarku?! Profesional gamer yang diidolain sama adikku?? Bahkan aku tidak bisa membalas senyumnya. Aku pun tidak merespon apapun yang Juno katakan padaku meski dia teriak-teriak daritadi.

"Jun, kakak mau ke toilet." kataku langsung berlalu.

Aku baru sadar kalau aku gak tahu apa-apa tentang Bara. Darimana seluruh uang yang dia dapatkan? Apa pekerjaannya? Bisa-bisanya aku langsung percaya begitu saja dan mau jadi pacarnya. Melihat kenyataan hari ini, bahwa dia adalah seorang profesional gamer, entah mengapa, feelingku tiba-tiba ilang!

Padahal bagus, dia adalah orang yang sukses dan pasti bisa menghidupi dirinya sendiri. Aku memang harus mencari banyak uang untuk menghidupi diriku dan Juno. Aku pun yakin Bara akan membantu kami. Karena Bara pacarku. Tapi untuk pacaran sama orang yang terkenal, sama sekali bukan keinginanku. Sama sekali bukan.

Bagaimana ini? Aduh! Sialan! Aku harus bilang apa pada Juno. Begitu aku melihat Juno dan Nino, aku menghampirinya.

"Jun..." kata-kataku berhenti ketika melihat seseorang sedang berlutut di depan mereka. Aku berdiri mematung, tanpa mereka sadari.

"Aku mau foto." kata Nino.

"Kakak!" Juno membuat lamunanku buyar. "Fotoin." Juno melotot ke arahku. Memberi kode supaya aku cepat memfoto mereka.

Bara melihat ekspresi bodohku dan tersenyum, "Ohh.. kamu yang namanya Juno?" Juno melongo, mungkin dia mikir kok Bara bisa tahu namanya.

"Babe? Ayo fotoin," kata Bara lagi. Aku menatap mata Bara tajam, tapi terlambat. Juno sudah menyiratkan tatapan keheranan, dan aku belum juga bergerak. "Zar, kamu kenapa sih?"

Aku langsung mengambil handphoneku, dan memfoto mereka dalam berbagai pose. Setelahnya, Juno memperhatikan aku. Mencoba mengulitiku dengan tatapan herannya. Aku bingung. Bingung harus bagaimana.

"Kakak Bara, Nino mau foto sama Chris." kata Nino mengguncang-guncangkan hoodie Bara.

"Hmm.. Nino sama Juno mau makan gak?" tanya Bara, membuat mereka semakin bego mukanya. "Mau makan gak hey?"

"Mau." jawab Nino cepat. ADUH! Anak kecil bodoh ini. Juno pun tidak menjawab, dia masih kebingungan dengan keadaan. Sedangkan Bara, tiba-tiba pergi meninggalkan aku dan kedua bocah ini.

"Dia tau namaku darimana?" tanya Juno menyerangku. Aku memilih diam sampai Bara kembali. Dia mengganti hoodienya.

"Ayo makan. Nanti mereka nyusul kok." kata Bara, tiba-tiba menggandeng tangan Juno dan Nino. Aku berjalan mengikuti mereka dari belakang.

Otakku terus berputar, memikirkan bagaimana caranya aku menjelaskan pada Juno. Aku baru menyadari tujuannya memberikan foto ketika dia masih di Amerika. Supaya Juno tahu! Tapi nyatanya, yang dilihat Juno bukanlah Bara, tapi orang lain.

"QBar kenal sama kakak aku?" tanya Juno ketika Bara mengajak kami duduk di satu restaurant.

"Loh?" Bara melirikku, tatapannya seolah bertanya, namun aku memutuskan untuk membuang muka. "Kak Zara belum cerita?" tanya Bara lagi. Juno dan Nino menggeleng keras, menuntut penjelasan.

"Yaudah ayo kenalan lagi Jun," kata Bara sambil berdeham. "Halo, Juno, aku Bara. Pacarnya Kak Zara." Bara kali ini menjabat tangan Juno dan Juno membuka mulutnya. Melirik aku, Bara, kemudian aku lagi, kemudian Bara lagi.

Terakhir Juno melihatku, memberikan kode padaku melalui tatapannya. Aku harus bilang apa?

"Kok Kak Zara gak bilang sama aku??????" Juno menjerit tiba-tiba.

"Mana kakak tahu." jawabku sekenanya.

"Jadi maksudnya foto kemaren itu buat kasih tau aku kalo pacar kakak itu Bara QBar????" tanya Juno. Nino? Melongo. Dia masih berusaha mengerti situasi ini.

"Tuh tanya aja sama dia. Kakak juga dibohongin. Kakak gak tau orang ini ternyata tukang main game." aku menjawab lagi dengan ketus.

"Bagus dong!!!!" jawaban Juno membuatku menoleh. Kaget.

"Ya Tuhan aku mimpi apa ternyata pacarnya Kak Zara itu QBar!" Kegirangan mereka tidak berakhir sampai di sini. Wajah Nino dan Juno benar-benar bersinar ketika melihat sekelompok orang masuk ke dalam restaurant.

"Guys. Kenalin, cewek gua ini. Zara." kata Bara.

Aku menyalami mereka satu persatu sambil tersenyum. Meski masih menyimpan kesal. Namun aku akan membicarakannya kepada Bara nanti. Ketika gak ada Juno dan Nino.

"Ini adiknya, Juno. Ini Nino."

Kemudian mereka berbincang-bincang sambil tertawa. Berfoto-foto. Sedangkan aku hanya diam, melihat-lihat handphoneku. Makan tanpa nafsu. Hari ini pasti menyenangkan buat anak-anak itu. Tidak untukku. Jun, kamu mungkin mimpi indah. Tapi ini adalah mimpi buruk buatku. Catat itu.

Setelah mereka puas, kami pun pulang. Bara mengantarku. Katanya, aku gak boleh pergi naik taxi, sudah malam dan ada anak kecil. Kemudian Juno memutuskan untuk menginap di rumah Nino, jadi aku dan Bara mengantar mereka ke rumah Nino. Mereka masih kesenangan karena hari ini. Jadi kubiarkan. Besok libur juga. Sekarang tinggal aku dan Bara.

Ketika Juno dan Nino turun dari mobil, Bara mengendarai mobilnya dalam diam. Karena dia menyadari tingkahku yang tidak seperti biasanya, dia langsung menghardikku dengan pertanyaan.

"Kamu kenapa sih?"

"Apaan sih" jawabku ketus.

"Daritadi kamu diam aja. Juno seneng kenalan sama aku, tapi kenapa kamunya malah kayak begini?"

"Kamu bohongin aku!" bentakku. Bara langsung menepikan mobilnya, kemudian memutar tubuhnya menghadapku.

"Ini emang pekerjaan aku."

"Aku gak suka punya pacar yang disukain sama orang lain! Aku gak suka punya pacar yang banyak fans!" aku marah. Melawannya.

Bara menghela napas, "Oke. Oke. Ini emang salahku, karena gak kasih tahu kamu dari awal."

"Iya, emang salah."

"Aku minta maaf ya Zara?"

"Gak. Aku mau putus aja Bar." jawabku singkat, mengutarakan kemauanku dengan cepat dan jelas.

Tapi mata Bara membulat, menunjukan kekesalan. Dia tidak menjawab, tidak mengiyakan, tidak juga mencoba menghentikanku. Dia membenarkan posisi duduknya, dan mulai menyetir. Kami kembali hening. Aku tidak menyesal juga mengenai apa yang kukatakan barusan. Aku memang gak ingin punya pacar terkenal, meski banyak uang. Aku tidak ingin rahasia-rahasia hidupku jadi terbongkar dan diketahui banyak orang hanya karena aku pacaran dengan public figure, profesional gamer, meskipun hanya kalangan anak-anak dan remaja yang gemar menonton mereka. Bagaimana jika ada yang cemburu? Bagaimana jika ada yang menerorku?

Sesampainya di rumah, Bara membanting pintu mengikuti aku masuk ke dalam rumah. Aku yang masih kesal, mendelik ke arahnya, "Ngapain kamu ikutin aku?"

Tak bisa aku prediksi gerakan Bara berikutnya, pokoknya tiba-tiba kami sudah berciuman panas dan bergerak masuk ke dalam rumah. Aku meronta berusaha melepaskan sedangkan Bara semakin mencengkeramku. Aku gak suka caranya yang seperti ini, tapi aku menyesal dan membenci diriku sendiri yang tak bisa berusaha lebih baik lagi untuk melepaskannya. Sampai akhirnya aku sendiri yang terlena dan membiarkannya berlaku semaunya. Kami jadi bercinta lagi.

"Ah, aw!" pekikku saat Bara mencengkeram keras dadaku.

"Jangan putusin aku Zara. Alesan kamu putusin aku bener-bener gak makesense." kata Bara tegas, membuat aku jadi terdiam, pasrah sambil mengangguk dan membalas mencium bibirnya.

"I love you Zar, aku minta maaf karena belum kasih tau ke kamu soal kerjaan aku." kata Bara yang akhirnya meminta maaf setelah permainan ini.

Karena terlampau lelah, aku tidak menjawab. Sebenarnya aku belum bisa menerima Bara. Aku masih shock. Meski ada hal yang baik yaitu Juno sudah pasti jelas menyukainya. Namun bagaimana dengan nasibku? Bagaimana jika.... Bara mengetahui masa laluku? Tentang semua itu? Bagaimana? Belum tentu kan dia akan menerimaku apa adanya?

Download stories to your phone and read it anytime.
Download Free