HinovelDownload the book in the application

EMPAT

*Zara Tricia's point of view.

"I like that." ujar Bara sambil mencium bibirku.

Aku gak percaya ini. Baru aja tadi aku menolaknya mentah-mentah ketika dia meminta nomorku, sekarang aku sudah di rumahku. Bercinta. Sama orang ini. Kenapa aku tiba-tiba jadi murahan sih??

"Aku bingung cari kamu lagi waktu itu." katanya lagi sambil menengadah dan memejamkan mata. Erangan lolos dari bibirnya.

Awalnya dia menawarkan untuk mengantarku pulang setelah aku menolak memberi nomornya. Tapi dia ajak aku bicara terus menerus sampai akhirnya mau gak mau aku menanggapi. Lalu begitu sampai, tiba-tiba dia cium aku lagi sebelum aku turun dari mobil. Dan terulanglah kebodohan ini. Untung Juno sedang menginap di rumah tante. Jadi aku bisa bebas mengekspresikan tanpa harus khawatir akan didengar orang lain. Percintaan liar seperti waktu itu pun terulang lagi, dan aku gak bisa mengelak.

"Zara, aku boleh minta nomormu sekarang?" Bara masih bersikeras untuk meminta nomorku dalam keadaan tergeletak tanpa busana, hanya ditutupi selimut. Bahkan tadi sepanjang bercinta pun, dia beberapa kali bertanya untuk mendapatkan nomor hapeku. Kuakui usahanya gigih sekali.

"Iya." aku yang menyerah akhirnya meraih handphoneku dan memberikan nomorku padanya. Dia terlihat sangat senang.

Bara meraih pakaiannya dan mulai memakainya perlahan setelah kami tukeran nomor, "Besok aku ke sini lagi ya?" tanyanya.

Mendengar itu, aku tersedak ludahku sendiri, "Jangan!!"

Bara menatapku heran, "Kenapa? Kamu gak punya suami kan?" tanyanya sambil terkekeh.

Aku tak bergeming sejenak, ingin tertawa miris karena mendengar pertanyaannya sedikit menohok jantungku, "Suami? Pacarpun aku gak punya." jawabku.

"Terus kenapa aku gak boleh ke sini lagi?" tanya Bara.

"Ada... adikku. Dia kebetulan hari ini lagi nginep di rumah tanteku."

Bara mengangguk-angguk, "Baiklah jadi kamu aja yang ke rumahku,"

Aku melotot, "Kamu gila ya Bara?"

"Gila? Kenapa?"

"Aku gak mau. Nanti cewekmu marah." aku hanya asal mengatakan hal itu.

"Kamu tau darimana aku udah punya cewe?" tanyanya polos.

Aku hampir tak berkedip gara-gara gak percaya, "Kamu..beneran udah punya cewek?"

"Punya." jawabnya sambil merestleting celana jeansnya.

Aku diam. Menyesal memberikan nomorku padanya. Tapi percuma juga, karena dia sudah tau rumahku. Jadi sewaktu-waktu dia memang bisa saja datang. Aku sudah dicap wanita murahan yang bisa diperlakukan semena-mena sama dia kalau begini caranya.

Bara memperhatikan aku sebentar, mata kami bertemu. Lalu dia tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa ketawa?" tanyaku masih kesal. Bara mendekat, mencoba mencium bibirku lagi, tapi aku kali ini berusaha menepisnya.

Dia berkata sambil tertawa, "Gak kok. Aku jomblo. Tenang aja. Aku cuma bercandaa,"

"Bohong, aku gak percaya. Dan bercandanya gak lucu." jawabku ketus. Masih setengah nggak percaya.

"Aku gak bohong. Dan kamu lucu. Kamu harus liat tampang kamu."

Mukaku memerah mendengarnya. Baru bertemu dua kali, tapi aku memang sudah ada perasaan nyaman jika bersamanya. Aku sudah pernah bilang kan kalau aku gak pernah one night stand dengan orang random, baru kali ini. Eh malah ketemu lagi gak sengaja.

"Aku pulang dulu Zara. Titip salam ya untuk adikmu." kata Bara meraih pipiku dan menciumnya.

Aku mengelak lagi, menghindari ciumannya. Tapi entah kenapa itu malah memicu sesuatu dari Bara. Dia menatap mataku, dalam. Lalu tiba-tiba dia menyibak selimutku. Aku yang belum memakai apa-apa, reflek menjerit kecil dan menutupi bagian tubuh yang sebisa mungkin aku tutupi. Wajahku pasti kembali memerah.

Bara dihadapanku, menghela napas keras. "Sialan Zara. Semakin kamu nolak kayak gitu, aku jadi semakin gak mau pulang." gumamnya sambil merangkak naik ke ranjang.

Aku padahal belum bilang apa-apa dan masih bengong tak berdaya. Tapi tak perlu menunggu lama, Bara sekarang sudah menyerangku berkali-kali. Dan pada akhirnya dia jadi menginap.

***

"Kak Zara, Juno pulang!"

Mataku langsung melotot dan tingkat kesadaranku langsung full ketika mendengar teriakan Juno dari luar kamar. Shit! Aku langsung bergerak mengguncang tubuh Bara yang masih tidur di sampingku.

"Bara, bangun. Adikku pulang." bisikku.

Bara langsung membuka matanya. Terburu-buru kami mengenakan pakaian dan berusaha bertingkah sewajarnya. Juno berusaha membuka kamarku, tapi tidak bisa karena aku menguncinya.

Aku berpikir keras, takut kalau sampai Juno tahu aku bawa pulang cowok ke rumah. Lalu begitu mataku menangkap sesuatu, aku berbisik, "Jendela! Lewat situ Bar!" aku menyuruh Bara keluar lewat jendela.

"Kak? Tumben di kunci?" kata Juno dari luar.

"Kamu gila? Aku keluar dari jendela?" tanya Bara ikutan berbisik, dia masih linglung karena baru bangun tidur.

Tapi Bara akhirnya membuka grendelnya mengecek luar jendela. Untung rumahku hanya 1 lantai, jadi Bara pasti bisa langsung lari menuju mobilnya kalau keluar dari jendela.

Aku mencium bibir Bara dengan cepat, "Nanti kamu telfon aku. Sekarang pergi dulu!" kataku terburu-buru membantu Bara keluar dari jendela. Bara berhasil lolos dan berjalan cepat ke arah mobilnya. Aku membuka pintu.

"Ya Juno?" tanyaku berusaha santai.

"Kok di kunci?"

"Aku kan dirumah sendirian. Supaya aman." jawabku sekenanya.

Juno hanya meng-oh kan jawabanku, lalu dia bertanya lagi, "Itu di depan mobil siapa ya? Tadi tante mau mampir tapi gara-gara ada mobil parkir depan rumah, jadinya gak jadi."

Aku gelagapan, "Mana mobil?"

Juno berjalan membuka tirai jendela. "Eh.. udah gak ada mobilnya..." kata Juno.

Aku mengangkat bahu. Lalu berjalan menuju dapur. Shittt! Aku langsung bertumpu pada dinding dapur begitu kurasa aman, aku masih grogi berbohong di depan adikku! Saat handphoneku tiba-tiba berdering pun, aku masih terlonjak kaget.

"Halo?" kataku setelah kuangkat teleponnya.

"Halo Zara Tricia, its me Bara." aku garuk-garuk kepala merasa bodoh, jadi aku hanya menjawab haha hehe aja.

"Gimana tidurnya semalem?" tanya Bara.

"Seneng.." jawabku pelan. Malu, tapi emang benar-benar senang rasanya.

"Besok malem ada acara gak?

"Besok minggu ya? Gak ada sih, kenapa?"

"Oke, besok aku jemput ya." katanya.

"Mau ke mana?"

"Jalan-jalan ajaaa. Kita kalo ketemu begituan mulu. Gak bosen emangnya? Gak mau temenan sama aku?" tanya Bara menggoda aku. Aku yakin 100000% kalau mukaku memerah sekarang.

"Iya mau temenan. Yaudah nanti kabarin aja yaaa jadi atau nggaknya."

"Oke. Byeeee muah!"

"Ih apasih hahaha bye.." jawabku masih malu-malu.

Setelah menutup telepon, aku loncat-loncat kegirangan. Menutup mukaku dengan tangan sambil menghentak-hentakan kakiku.

"Kenapa dah?" tanya Juno tiba-tiba membuatku kaget. "Kak Zara punya pacar ya?"

Aku yang kali ini tertangkap basah, cuma bisa cengar-cengir aja melihat Juno menebak seperti itu.

"Kepo luuuu." jawabku.

"Hhhh.. semoga aja nasibnya gak berakhir kayak Kak Brian ya." kata Juno sambil berlalu.

Tiba-tiba euphoria sisa semalam lenyap ketika mendengar Juno menyebut nama laknat itu. Bikin gak mood aja sih Juno!!

Download stories to your phone and read it anytime.
Download Free