HinovelDownload the book in the application

SEMBILAN

*Axel Bara's point of view.

"Kak Bara, Juno mau tanya boleh?" tanya Juno tiba-tiba saat aku menjemputnya di sekolah. Aku yang sedang menyetir menoleh sekilas mempersilakan dia untuk bertanya.

"Kak Zara sudah cerita tentang Mas Brian?"

"Belum, siapa itu?" Aku meraih minuman hasil drivethru dan mulai menyesapnya.

"Suami Kak Zara."

Siapa yang tidak langsung tersedang dan terbatuk hebat saat pernyataan tersebut keluar dari mulut anak kecil ini? Minuman yang tadinya lolos ditenggorokanku, hampir keluar lagi. Saking kagetnya, minuman itu terasa naik ke hidungku. Keselek parah.

Aku meraih tissue di depan Juno, "Maksudnya??"

"Oh.. Kak Zara belum cerita ya.." jawabnya lirih.

Anjrit. Aku pacaran sama cewek yang udah punya suami!?

Juno menambahkan, "Mereka udah pisah sih, udah lama. Kak Zara juga nikah terpaksa kayaknya supaya bisa sekolahin aku."

Aku menoleh, perasaan kesalku meleleh tiba-tiba ketika mendengar sedikit penjelasan Juno. "Tapi Kak Bara janji ya jangan bilang kalau Juno yang kasih tau? Please. Juno takut nanti dimarahin."

Aku tersenyum, "Iya... Tapi Jun..." aku ingin bertanya lagi. Kayak belum puas aja gitu. "Dia, maksudku si suaminya Kak Zara masih sering ke rumah?"

"Terkadang. Kasih uang buat bayar uang sekolahku. Meski uangnya di lempar ke mukanya kakak sih hahaha."

Aku menelan ludah. Agak gak menyangka. Sisi sini aku kesal juga ternyata Zara sudah bersuami, tapi mendengarnya dari Juno malah membuat kesalahpahamanku pudar. Kayaknya si Brian itu memang bukan laki-laki baik. Masa didepan anak kecil bertingkah seperti itu? Pikiranku di jalan melayang memikirkan Zara, pasti ada alasan kenapa dia belum kasih tahu aku sampai sekarang. Aku pun gak langsung memberitahu ke dia tentang profesiku karena ada alasan tersendiri kan? Meskipun yang ini epic sih. Tapi yang kali ini aku gak bisa menyalahkannya karena mungkin bagi Zara ini aib besar yang sebenernya dia gak ingin aku tahu secepat ini.

"Kak Bara gak akan putusin kakakku cuma karena ternyata punya suami kan?" pertanyaan Juno membuyarkan lamunanku.

"Aku sayang sama kakak kamu kok Jun. Nanti aku ajak kakakmu ngomong baik-baik soal ini." jawabku memiringkan bibir. Benarkah kita bisa ngomongin ini baik-baik? Atau Zara akan meledak dan tiba-tiba mutusin aku lagi saat aku bahas soal ini?

"Iya... tapi janji jangan bilang tau dari aku ya?" Juno memohon menggoyang-goyang tubuhku.

"Iya. Eh Jun.. aku kan masih baru jadi pacar kakak kamu, kenapa kamu bisa langsung percaya gitu aja sih sama aku?"

Juno berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku sering lihat Kak Bara di youtube, jadi kayak ngerasa udah kenal banget."

Mendengar jawabannya malah membuatku tertawa. "Kalo di youtube kan aku harus sok asik."

"Asik juga kok aslinya! Tadi temenku aja iri banget waktu liat Kak Bara jemput aku di sekolah!"

Aku berbincang-bincang dengan Juno mengenai game, teman-temannya, sekolahnya, namun pikiranku masih saja memikirkan tentang Zara. Bagaimana coba cara aku supaya bisa membahas tentang ini? Aku sampai di kantor Zara, menjemputnya. Pasti dia senang karena aku juga sudah jemput Juno. Aku menyalakan rokok di luar lobby sambil menunggunya setelah menanyakan Zara kepada resepsionis.

Zara menghampiriku dengan senyumnya yang seperti biasa selalu menawan. Aku jadi mikirin lagi tentang suaminya itu. Apa aku harus diam saja sampai nanti dia yang cerita sendiri? Haduuuuuhh. Gak tau ah! Pusing!

***

Kami berjalan bertiga di mall, meski dengan hoodie, aku benar-benar menikmati jalan-jalan kali ini. Aku senang melihat Zara, bahkan ketika dia pulang kantor meski wajahnya terlihat lelah.

Aku selalu kagum pada wanita ini meski ternyata pernah jadi istri orang!!! Sejujurnya aku gak pernah punya masalah untuk pacaran sama cewe yang sudah pernah gituan sama orang lain. Tapi kali ini berbeda aja gitu. Ini mereka sudah terikat perkawinan. Aku ngerasa jadi kayak orang ketiga meskipun kalau dengar penjelasan Juno tadi, mereka sudah pisah.

"Kamu kenapa sih Bar, daritadi melamun gitu?" tanya Zara tiba-tiba membuatku kaget.

"Gak kokk aku kepikiran belum edit video." jawabku asal. Aku melirik Juno, dan dia membuang muka.

"Oh yaudah kita pulang aja dulu yuk. Besok atau weekend kan bisa makan bareng lagiii." kata Zara sambil tersenyum. Ingin kucium rasanya.

"Kak, Juno mau pipis dulu ya?" belum sempat kujawab, Juno sudah berlari mencari kamar mandi.

"Bar, aku sama Juno pulang sendiri aja. Kamu langsung pulang gih." kata Zara.

"Gak lah. Aku anter kamu sama Juno dulu. Bahaya udah malem gini,"

"Ya kan supaya kamu bisa lanjutin kerjaan sayang,"

"Gapapaaaa udaaaahh...." Perdebatan kecil kita terhenti karena tiba-tiba seseorang menghampiri aku dan Zara tergesa-gesa.

"Lo mantan istrinya Brian kan?!" tanya orang itu dengan nada meninggi. Aku bisa merasakan dan melihat langsung gerakan dan tingkah Zara yang membeku, bingung untuk menjawab.

"Bu-bukan, salah orang." jawabnya pelan dan langsung menarik tanganku menjauh dari orang itu.

"Jangan pergi lo dasar cewek murahan!"

Aku menghentikan langkahku ketika mendengar cewe itu bilang cewekku murahan. "Apa lo bilang?"

"Cewek lo itu pelacur! Sadar woy. Punya suami masih aja ngejer-ngejer laki orang!" kaya cewe itu sambil menunjuk-nunjuk Zara.

"Bar udah ayo, jangan dengerin." Zara berkaca-kaca, masih memegang tanganku dengan erat.

Sebelum aku sempat melepas pegangan tangannya, cewe itu menghampiri Zara dan menampar pipinya. "Lo harusnya malu." kata cewe itu pada Zara.

"Kalo gue jadi lo, gue mah jijik pacaran sama cewek kayak dia." kata cewe itu padaku.

"Haha." aku tertawa sinis. Kemudian melanjutkan, "Yaah, gue sih maklum ya kenapa laki lo suka main sama orang."

"Maksud lo?" tanya cewe itu berang.

"Ya istrinya aja kayak gini. Kayak orang gila teriak-teriak di depan umum. Gak punya adat. Gak tau malu." jawabku, langsung mengamit lengan Zara dan pergi ke arah toilet. Menghampiri Juno.

Setiap orang yang melewati kami, sempat terdiam dan ngeliatin, tapi aku gak peduli. Cewek itu bener-bener gila. Bisa-bisanya masalah pribadi diteriak-teriakin depan umum. Zara menangis dalam diam. Sesekali menyeka air matanya sambil memegangi tanganku. Aku memeluknya dan mencium keningnya supaya cepat merasa tenang.

Juno, tidak bertanya apa-apa. Dia hanya diam. Aku pikir aku harus menunggu lama sampai Zara akhirnya akan mengakui tentang statusnya. Ternyata, aku bisa langsung mendengarnya dari Zara sendiri tanpa harus bertanya.

Setelah Juno masuk ke dalam kamarnya, aku dan Zara berdiam-diaman di meja makan. Aku masih menunggu penjelasan darinya. Aku memutuskan untuk diam sampai dia yang berbicara.

"Bar... a-aku...."

Download stories to your phone and read it anytime.
Download Free