*Zara Tricia's point of view.
Dia mencium bibirku dengan kasar dan tidak beraturans sambil dengan terburu-buru membuka dress yang aku kenakan. Padahal aku gak kenal sama orang ini, tapi rasa-rasanya suasana mendukung dan sejujurnya kami berdua terlanjur mabuk berat. Dan gak biasanya aku menghalalkan praktik one night stand seperti ini.
Karena masalah itu, pikiranku lagi kacau-kacaunya. Aku juga ke Yogyakarta untuk melarikan diri dari mereka dan mengamankan diri sendiri. Waktu aku memutuskan untuk menikmati enjoy sendiri, ada laki-laki ini yang tiba-tiba menghampiri. Dia tinggi, badannya tidak terlalu kurus dengan panduan beberapa otot yang lumayan bagus untuk bertengger di sana. Wajahnya terlihat seperti blasteran meskipun kayaknya bukan, kebetulan aja gen keluarganya bagus. Awalnya aku ragu kalau wajahnya kelihatan ganteng kalau di kegelapan aja, tapi nyatanya begitu aku ke kamar hotelnya, dia memang se-oke itu. Gak cuma good looking, tapi beneran ganteng. Dan juga sepertinya dia lagi merayakan sesuatu bersama gerombolannya, tapi akhirnya dia malah membawaku ke sini, ke kamar hotelnya. Bercumbu dan bercinta. Dasar tipikal fuck-boy.
Aku juga tahu dia itu tipikal fuck boy karena berbagai macam cara bercinta yang dia lakukan. Tak ada satupun cara dia bermain yang gagal, selalu berhasil. Membuat aku menggelinjang gemetar tak karuan dan menunjukkan padanya tentang aibku saat mendapatkan big-O. Shit.
Aku berusaha menahan sekuat tenaga, tapi malah aku yang gagal. "Sorry ya.. Sorry banget..." aku meminta maaf sambil menahan napas. Kuyakin wajahku memerah dan semua urat diwajahku terlihat semua sama dia. Alhasil, badan kami dan ranjang ini basah total, karena aku dan big-O anehku.
Alih-alih ilfil, laki-laki ini malah tertawa. "Oh yaampun, baru kali ini gue lihat yang begini." katanya.
Aku tidak bisa menjawab, wajahku memerah. Malu. Beberapa temanku bilang seharusnya aku bersyukur, karena mereka jarang bisa mendapat kepuasan seperti aku. Sedangkan aku, hampir selalu seperti ini kalau sedang bercinta. Beberapa laki-laki ada yang jijik juga. Gak semuanya senang seperti laki-laki yang ada dihadapanku ini. Kalau dia sih malah semakin liar, jujur saja. Malah semakin gencar menggodaku hingga aku melakukannya berkali-kali. Untung kita gak kenal, habis ini aku bisa pergi dan gak akan ketemu sama dia lagi selamanya.
Dua kali.
Tiga kali.
Empat kali.
Sampai ku tidak bisa bergerak lagi. Entah juga seberapa basah tempat ini, tak mungkin juga untuk ditidurin. Namun karena pengaruh alkohol dan kami yang tergeletak sama-sama lemas karena percintaan ini, akhirnya tubuhnya roboh menindih tubuhku. Kami pun tertidur.
***
*Axel Bara's point of view.
"Bar kemana lo semalem?" tanya Roy saat melihat aku turun ke area breakfast. Wah asli pusing dan lapar jadi satu. Rambutku acak-acakan bukan main.
Aku melirik Roy sambil mengedipkan sebelah mata sambil tersenyum. Memberi tanda bahwa aku dapet cewek yang dia inginkan semalam.
Roy yang mengerti, langsung membulatkan bibirnya dan mencecar aku, "Sumpaaah?! Yang cewe kemarin sendirian?? Gimana ceritanya?"
Aku tertawa, "Wah, beyond expectation sih. Asli. Dia..." bisikku pelan, menjelaskan mengenai big-O yang cewek itu lakukan semalam berkali-kali sepanjang kami melakukannya.
"Anjir sumpah demi apa lo? Hoki banget sialan!" Roy mendorong-dorong badanku.
"Gue aja kaget tiba-tiba begitu."
"Padahal gue udah ngincer dia, malah lo yang bawa pulang. Emang bros before hoes itu bullshit banget buat lo Bar. Untung gue ga jadi tidur di kamar lo semalem." jawab Roy.
Aku tertawa lagi, "Bros before hoes itu berlaku kalo cewek itu punya lo. Cewek lo. Lah kan dia sendiri, bukan punya siapa-siapa. Beda dong? Kalo kasusnya begini mah siapa cepat dia bawa pulang."
"Brengsek lo." kata Roy sambil cekikan. Kemudian dia menambahkan, "Masih ada orangnya? Mau lihat dong?"
"Masih tidur. Capek lah pasti berapa kali tuh dia begitu. Terakhir-terakhir aja dia udah cuma diem doang gemeteran badannya. Gue aja yang cuma sekali, badan gue pegel semua nyet. Gimana dia coba?"
Oh iya, cewek itu kan belum makan ya? Terbesir di pikiranku ingin membelikannya makanan.
"Siapa namanya?" tanya Roy membuatku tersedak.
"Hah? Siapa ya?..." jawabku bego. Aku garuk-garuk kepala sambil berusaha mengingat. Padahal aku gak nanya namanya loh. Bodoh amat aku gak sempet nanya namanya. Gila juga tuh cewek, belum kenalan yang proper udah mau tidur bareng.
Melihat reaksiku yang tiba-tiba kena stun, Roy tergelak. "Goblok! Asli!"Dia tahu kalau aku gak tahu siapa namanya. Iya juga ya. Aku sekarang baru kepikiran. Kenapa bisa jadi tiba-tiba tidur bareng ya? Aku juga agak lupa kenapa.
"Tapi tuh cewe sexy banget Bar." kata Roy sekali lagi.
"Iya. Makanya gue deketin." aku menjawab sambil tertawa.
Cepat-cepat aku menyelesaikan sarapanku, "Gue balik ke kamar dulu deh. Sekalian pesen makanan buat dia. Akses kamar gue tinggalin juga."
"Gue ikut dong!" Roy langsung ikutan berdiri.
"Jangan ah! Tadi gue tinggal belum pake baju. Nanti aja kalo udah tau namanya, baru gue tunjukin."
"Ya justru gue mau liat dia gak pake baju." celetuk Roy.
"Enak aja lo. Usaha gue tuh!" jawabku sambil berlalu, disambut dengan tawa Roy. Aku jadi ikut tertawa.
Mataku terbelalak ketika sampai di kamar hotelku. Pintunya terbuka. Hanya diganjel pake sendal hotel. Shit. Pasti dia sudah pergi. Yang membuat aku semakin kaget dan marah adalah laptop milikku hilang. Shit. Shit. Shit.
Aku memeriksa barang-barangku yang lainnya. Handphoneku hilang. Dompetku hanya tinggal kartu-kartunya. Cashnya raib.
Bajingan! Sexy sih, cantik sih, langka sih! Tapi maling!