*Axel Bara's point of view.
"Yaduuu Bar. Alienware ilang begitu aja." ujar Roy sambil garuk-garuk kepala.
"Lagian lo ada-ada aja cewe belom kenal maen tinggal aja di kamar. Bego juga lo Bar." Eric menambahkan.
"Maen di mana dong kita? Squad sebelah ajak sparing, mau buat dimasukin ke youtube." tanya Theo.
"Coba gue hubungin dulu deh pihak brand. Kali aja mereka bisa track device yang udah aktif." aku meraih handphone Theo untuk menghubungi brand yang biasa bekerjasama denganku.
Salah satu kemudahan yang bisa aku dan squadku dapatkan adalah, alat gaming gratis. Mulai dari laptop, headphone, dan lain sebagainya. Hari ini, karena kejadian ini, pihak dari brand menawarkan untuk mengganti yang baru dan akan dikirim segera.
"Gimana?" tanya Theo.
"Mau dikirim baru." jawabku.
"Minta instal-in semua sekalian biar gak ribet." tambah Roy.
Aku menggeleng, "Gue udah minta kayak gitu. Tapi gak bisa. Mereka minta gue untuk bikin video review di youtube gue."
Gratis memang. Tapi aku harus rekam dan ngedit-ngedit video lagi. Ck. Ya sudahlah. Yang penting gratis.
Chris masuk ke kamar tanpa mengetuk.
"Bar, yang ngambil bukan cewek itu ternyata. Lo ikut gue deh ke ruang CCTV nya." kata Chris membuatku terkejut sekaligus lega. Kupikir cewek itu maling beneran. Untungnya bukan.
Setelah aku melihat video CCTV yang terletak di lantaiku, aku melihat cewe itu mengganjel pintu kamar hotelku menggunakan sandal hotel, kemudian pergi menggunakan pakaian lengkap, membawa tas kecil yang memang miliknya. Rambut berantakan, walau mukanya tidak terlalu jelas. Sebenarnya aku merasa aneh sih kenapa dia malah mengganjel pintunya, namun setelah kupikir-pikir lagi, mungkin dia sadar bahwa aku tidak membawa akses kamar saat aku keluar. Kalau kubawa akses kamar berarti kamar itu akan mati lampunya. Benar kan?
Namun yang menarik adalah beberapa menit setelah cewe itu pergi, ada laki-laki mungkin seumuran denganku, melewati kamarku, menengok sebentar ke kiri-kanan, lalu kemudian menyelinap masuk. Dan betul saja, begitu keluar, dia membawa laptopku. Handphoneku mungkin bisa saja di dalam kantongnya. Tak ada pihak hotel yang mengenali pria itu. Jadi kemungkinan dia menginap juga di sini dan langsung pergi dari hotel setelah mengambil laptopku. Akhirnya pihak hotel sampi memberikan aku banyak makanan sebagai kompensasi tanda permintaan maaf. Padahal aku sudah bilang gapapa. Toh yang salah kan aku dan cewek itu sebenarnya.
Baiklah. Yang penting bukan cewe itu kan?
"Mau dikirim jam berapa?" tanya Chris.
Aku menyisir rambutku sedikit, "Jam 3-an. Kita sparing jam berapa ya?"
"Gue udah minta diundur sparingnya sampai jam 8. Sesuai sama watch time kalo live di youtube kok."
"Sparing layar aja kan gak ada mukanya?" tanyaku lagi. Chris mengangguk. Chris adalah ketua squad-ku.
"Flight kita jam berapa?" tanya Theo.
"Besok. Jam 6 pagi. Jam 1 kita ngehost untuk tournament." jawab Chris.
Padet banget jadwalku. Yah berarti kalo aku pergi dari kota ini, aku gak akan ketemu dia lagi dong? Emang paling bener orang bilang Yogyakarta itu kota kenangan.
Duh dan aku aku baru sadar aku bahkan gak tau namanya. Gak punya nomornya. Bego. Bara bego!
***
*Zara Tricia's point of view.
"Nontonin apaan sih teriak-teriakan gitu kayak lagi main bola aja." ujarku. Aku gak ngerti kenapa adekku suka banget nontonin orang main game kayak gitu.
"Makanya maen." jawab Juno ketus. Adikku yang satu ini emang gak pernah berhenti nonton orang main game di youtube. Bahkan kalau udah main suka lupa waktu. Kacau.
"ANJIRRRR. GGWP! Parah Jun, GPS jago banget. Kapan ya gue bisa ketemu sama mereka?"
"Aduh gue mau minta di add back di game dah kalau ketemu sama QBar." kata Juno menggebu-gebu
"Gue maunya sama XMan. Main taktiknya pinter banget." ujar temannya, namanya Nino. Sama freaknya. Aku benar-benar gangerti apa yang mereka bicarakan. Siapakah QBar? Siapakah XMan? Apa itu GGWP? Apa itu GPS?
"GGWP sama GPS tuh apa?" aku iseng bertanya. Abisnya mereka kelihatan seru banget. Pas juga aku lagi gak ada kerjaan.
"GGWP itu singkatan dari Good Game Well Played. Kalau GPS tuh nama squad-nya, Kak Zara. Kepanjangannya Glorious Players Squad." jawab Nino.
Aku mengangguk, "Kalo XMan sama QBar?"
"Pemainnya itu. Kakak makanya nonton dong!" bentak Juno judes.
"Ah males berisik teriak-teriak kyk supporter bola. Mereka main berdua doang? Tadi aku lihat kayaknya rame gitu."
"Ada lima orang dalam satu squad. XMan tuh leadernya. Ada QBar, YTea, JR, 3Ric."
Mau aku berusaha paham sampai bagaimanapun, aku gak akan bisa paham. Ngapain juga aku tanyain sama mereka sebegitu detailnya ya? Aku menggeleng sendiri, tapi mulutku tak bisa berhenti bertanya. Aku jadi tertarik sedikit melihat kesenangan Juno yang satu ini. Kelihatan seru banget meski aku gak mengerti sama sekali.
"Yang paling jago siapa?" tanyaku lagi.
"Buat aku sih QBar, role-nya sama kayak aku soalnya." Juno tumben kali ini menjawab apapun yang aku tanyakan. Apa karena aku bertanya soal game?
"Role?" aku bingung.
"Perannya dalam game. Jadi assasin!" terang Juno.
"Kalo aku sukanya sama leadernya lah. Taktiknya jago banget!" kata Nino.
"Tapi kok mereka lagi main, mukanya gak diliatin di layar?" tanyaku lagi. Kepo.
"Ada sih yang diliatin, tapi jarang. Biasanya diliatin kalau turnamen besar aja. Lagian kan mereka kan pemain game bukan artis. Tapi aku tahu mukanya mereka semua. Pernah ketemu." jawab Juno.
Aku mengerutkan dahi, "Oh iya? Kapan? Kok aku gak tahu?"
"Besok ikut aja Kak Zara! Temenin kita!" Nino langsung nimbrung sebelum sempat pertanyaanku dijawab.
"Ngapain?"
"Aku sama Juno iseng ikut turnament."
"Emang ada mereka??"
"Ada. Justru Squad-nya mereka yang nge-host tournament itu." jawab Nino.
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab, "Yaudah lihat besok ya. Kakak baru sampe kan dari Yogya. Kalau Kakak besok gak ada acara, Kakak temenin kalian."
"Beliin makan ya tapi?!" Juno berteriak. Aku hanya mengangguk-angguk, kemudian meninggalkan mereka. Dasar anak-anak. Untung ini masih hari libur.
Setelah mama dan papa gak ada, aku memang mengurus Juno sendiri. Untungnya anak itu masih bisa diatur, walau candunya main game benar-benar bikin aku pusing. Meski begitu, nilainya tetap baik. Aku yang harus banting tulang mencari uang supaya sekolahnya dan internet gak terputus. Hahaha. Dia bisa marah banget kalau internetnya mati!
Masih SMP sih, biaya sekolah belum terlalu mahal. Tapi nanti kan dia akan SMA dan kuliah. Aku bingung sih, tapi gak apalah. Demi dia. Toh aku masih muda.
Aku kerja juga pas-pasan. Bermodal lulusan teknik perminyakan, tapi aku malah berakhir bekerja di bank. Bukan sebagai teler atau customer service sih. Lebih tinggi sedikit. Tapi jelas aku banting setir.
Mungkin gak ada salahnya kali kalau besok aku menemani mereka. Mumpung aku baru gajian juga. Jadi bisa beliin anak-anak itu makan.