Akhirnya aku sendiri yang malas menemani anak-anak itu turnamen. Juno berangkat dan pulang dengan mamanya Nino. Aku hanya diam di rumah, nonton televisi, sambil sesekali memasak makanan untik cemilan.
Mumpung gak ada bocah di rumah, jadi televisi bisa aku kuasai haha. Biasanya dipakai untuk nonton youtube. Aku mendengar suara deru mobil dari luar rumah. Juno pasti sudah pulang.
"Kakak! Aku foto sama QBar!" Juno berlari-lari ke arahku sambil menunjukan handphonenya.
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang kadang menggemaskan. Melihat handphonenya, mencoba melihat mana yang dia suka, tapi berujung ketawa ngakak.
"Mana coba?" aku hanya melihat Juno berfoto di kerumunan orang.
"Itu yang baju orange hitam!"
"Astaga mana kelihatan sih ini!" aku tak sanggup menahan tawa. Sudah di zoom pun tetap tidak terlihat dengan jelas wajah sang idolanya Juno itu. Ya bagaimana ngga, Juno pose di foto itu, tapi sang idola juga sedang sibuk dikerumuni orang lain. Bahkan si QBar itu nunduk, gak lihat ke arah kamera! Kasihan Juno.
"Yang penting ada foto dikiiiit. Walau gak sambil rangkul aku. Rame banget tadi. Yang bisa foto cuma cewek-cewek cantik." kata Juno masih semangat.
"Wah harusnya kakak ikut ya? Biar bisa foto,"
"Yeee mulai sok cantik." kata Juno sambil berlalu. Aku tertawa-tawa saja melihat dia langsung bete karena aku ke geeran. Dasar bocah.
***
"Zar, kamu hari ini ketemu sama nasabah ya? Bantu dia urus rekeningnya. Dia mau mindahin uang nominal besar, tapi dipersulit sama bank sebelah." kata Rea.
"Iya. Dia datang jam berapa?"
"Tadi dia bilang jam 10 sudah sampai di sini."
Aku beranjak ke kamar mandi untuk merapikan diri kemudian menyiapkan beberapa dokumen nasabah tersebut yang harus dirapikan untuk mempermudah proses pemindahan uang.
"Ini datanya si nasabah ya Zar." kata Rea memberikanki setumpuk map lagi.
"Axel Bara ya namanya."
"Yup. Masih muda and ganteng banget." jawab Rea.
"Masih muda udah banyak amat duitnya." aku mengerutkan dahi, setengah menggerutu juga.
"Sekarang tuh cari duit udah bisa dari cuma bikin video-video bloon. Ketawa-ketawa gajelas atau nangis-nangis divideoin gara-gara diputusin dan diupload ke youtube aja bisa langsung terkenal kayak artis." kata Rea sambil melengos. Aku hanya nyengir. Dasar anak muda jaman sekarang.
Sekarang jam 10.05, aku masuk ke dalam ruangan dan berhadapan dengan anak muda yang menggunakan kacamata. Mana gantengnya sih? Tanyaku dalam hati. Rea memberikan informasi yang bodoh. Aku padahal tadi sudah menyiapkan diri. Touch up supaya yang katanya ganteng itu gak enek ngelihat aku yang kusam di ruangan ber-ac.
"Selamat pagi ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sambil mengumbar senyum.
"Pagi mbak, ini saya mau memindahkan uang sebesar 1 milyar ke rekening saya di bank ini dari bank ****. Ada beberapa yang harus dipenuhi supaya proses pemindahan uangnya cepat." kata anak itu.
"Baik sebelumnya boleh saya lihat KTP dan kartu untuk transaksinya?" kataku sopan sambil tersenyum.
Anak itu diam, kemudian menjawab, "Sebenarnya saya manajernya Bara, dia lagi di jalan menuju ke sini karena tadi ada invitation. Bisa ditunggu kak?"
Aku menghela napas pelan, supaya tidak terdengar kesal. Konsekuensi mengurus nasabah yang masih muda, salah satunya adalah NGARET!
"Saya ada nasabah lain yang harus dibantu. Bagaimana kalau kita reschedule? Besok bagaimana?" tanyaku.
"Jangan mbak! Tunggu sebentar, dia sudah dekat kok."
Aku tersenyum. Baru aja aku hampir menolak permohonannya, tiba-tiba pintu terbuka dengan cepat.
"Sorry telat." kata laki-laki itu menutup pintu dan membelakangiku. Aku hanya melihat punggungnya, lalu yang kulakukan hanya mulai membuka dokumen-dokumen dan data miliknya. Temannya, si cowo kacamata itu keluar dari ruangan.
"Jadi bagaimana?" tanyanya.
Aku mengalihkan pandangan dari dokumen itu, "Boleh saya lihat......"
Deg! Aku gak bisa selesein kata-kataku ketika melihat wajah cowok yang baru dateng tadi. Astaga. Mimpi burukku baru aja dimulai.
"Oh? Hai! Ketemu lagi kita." cowo itu tersenyum manis.
Aku membalas senyumnya dengan kikuk. Aku salting! Aku gak bisa konsentrasi ngomong sama nasabah yang beberapa minggu lalu membuatku... hah aduh gak mau ngebayangin lagi! Oke baiklah Rea, kamu benar dan kamu menang. Cowok ini memang ganteng, dan namanya Axel Bara.
Masih muda. Lebih muda dariku. Tapi sialnya adalah... aku pernah tidur dengannya. Aduhh sialan!
Untungnya sepanjang mengurus rekening dia ini, aku jadi merasa waktu berjalan dengan sangat cepat sehingga urusan kami cepat selesai. Rasanya aku ingin pergi dari sini cepat-cepat. Pengen kabur!
"Jadi besok anda bisa tunjukan surat ini ke bank ***, kemudian bisa ke sini lagi yah supaya prosesnya bisa cepat." kataku mengakhiri pembicaraan.
Cowok itu diam aja ngeliatin aku. Aku yang bingung mau bicara apa, menatapnya dengan penuh tanya.
"Aku bagi nomor kamu dong." katanya to the point.
"Sorry, saya hanya membantu urusan nasabah. Untuk urusan pribadi saya gak bisa bicarain di sini." saking saltingnya, aku sendiri gangerti tuh maksud omonganku apa.
"Oo.. okay deh kalau gitu. Thankyou ya... Zara." katanya tersenyum penuh maksud. Aku menghindari tatapannya sampai dia keluar dari ruangan ini.
Sisanya aku jadi gak bisa konsentrasi! Kebetulan yang super duper aneh! Padahal aku udah yakin gak akan ketemu lagi sama dia.
Tingkahku semakin gak jelas ketika aku berjalan keluar dari kantor dan melihat cowok itu duduk di depan lobby sambil menghisap rokoknya. Aduh. Ngapain dia malem-malem gini masih di situ coba?
"Hai, Zara..." sapanya sambil tersenyum lagi. Aku menghela napas diam-diam. Dia pasti tahu namaku dari nametag dan tulisan yang ada di meja.
"Ada perlu apa lagi Axel?" tanyaku memasang wajah jutek.
"Panggil Bara aja."
"Oke. Kamu ada perlu apa lagi?" tanyaku lagi karena yang tadi belum di jawab. Masih jutek.
Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana, "Tadi kan katanya kalau untuk urusan pribadi gak bisa di ruangan, sekarang kan udah bukan jam kerja. Jadi boleh kan aku minta nomor kamu?"
"Aku gak kasih nomorku buat orang yang gak aku kenal, maaf ya."
"Hm.. maksudku kan kalau ada masalah soal transaksi di sana, aku bisa langsung hubungi kamu."
"Kan bisa langsung ke sini aja kalau ada masalah lagi." jawabku lagi.
Bara tersenyum aneh. Terasa bagiku seperti senyum yang merendahkan. Aku canggung sendiri ketika kemudian dia mendekat untul mengatakan sesuatu di telingaku. Aku reflek memundurkan kepala sambil diam-diam menengok kiri dan kanan memastikan tidak ada orang di sini. Ada satpam sih tapi satpamnya di luar.
"Kamu... gak kangen aku? Sebenarnya sih aku kangen banget liat kamu mendesah kayak waktu itu." katanya pelan, berbisik. Aku shock setengah mati!
Cowok ini! Kurang ajar!