HinovelDownload the book in the application

Last Day

*KENNY'S POV*

"Kenny! Bangun!"

Mataku otomatis terbuka. Kaget.

Aku lupa kapan aku tidurnya?

"Astaga bau alkohol! Kenapa pulang ke sini sih?" tanya Anin, temanku yang kerja di bagian front desk buat pendaftaran dan pembayaran.

Aku berusaha bangun.

Gila! Sakit banget kepalaku!

"Kenapa gue pulang ke sini ya??" tanyaku heran sendiri.

"Ya gak tau. Untung aja gue datengnya cepet. Udah sana pulang. Gue pesenin taxi online."

"Iya iya." aku menjawab. Aku berdiri menuju toilet. Mau membuang air dan cuci muka, sekalian ambil minum di kulkas dalam ruanganku.

Aku pulang sama siapa ya semalam?

Sama Kai ya, makanya dia antar aku ke sini? Dia mana tahu rumahku.

Duh kenapa aku malah senyum-senyum sendiri sih mikirin Kai. Malu kan.

Tapi Kai mana ya? Kok dia gak ada kasih tau atau bangunin aku sebelum dia pulang.

Dan aku juga gak tau Marc kemana. Otakku rasanya plong, kosong.

Aku membuka handphoneku.

Ratusan missed call dari Adrian, entah berapa puluh chat yang masuk ke dalam semalam. Aku matiin hapeku.

Aku ingat sekarang, semalam aku jadi minum banyak karena benci banget sama Adrian. Justru akhirnya aku ajak Marc dan Kai pergi, karena dia bicara hal yang gak masuk akal sebelumnya.

"Ken, kamu berhenti ajalah jadi tato artist..." Adrian lagi-lagi bicara hal itu. Sudah ribuan kali. Tapi belakangan ini semakin sering.

"Sampe kapanpun akan aku jawab tidak."

Adrian menghela napasnya. Aku mengernyit, kenapa nih dia?

"Aku mau nikah."

Mendengar itu, wajahku otomatis berbinar-binar. Aku langsung duduk, dan tersenyum, "Lalu?"

"Iya. Aku akan nikah. Sama teman kerjaku." jawabnya.

Aku rasanya seperti disambar petir saat itu juga. Cuma gara-gara aku seorang tato artist, dia mau nikah sama temen kerjanya???? Dia gila apa gimana sih?

Dia bilang orangtuanya gak akan setuju kalau nikah sama aku, karena pekerjaanku. Memang sih, waktu aku ikut Adrian ke rumahnya, tatapan yang super duper gak enak itu dilontarkan kepadaku secara terang-terangan. Tapi saat itu aku optimis, karena Adrian bilang dia akan berusaha.

Sekarang?? Dia yang menjilat ludahnya sendiri. Aku benar-benar tersinggung.

Aku loncat sendiri tersadar dari lamunanku. Ada telepon masuk. Untung belum aku reject, karena dari.. Kairo.

Aku tersenyum sebelum mengangkat.

"Halo?"

"Udah bangun?" tanyanya dari seberang telepon.

"Udah.. Kamu antar aku ke sini ya?"

What the fuck Kencana? Aku-kamu?! Gila lu ya?

"Iya. Aku gak tahu rumah kamu di mana. Kamu udah tepar."

Lucu banget sih perhatian begini. Udah lama gak diperhatikan.

"Makasih ya?"

"Santai. Masih pusing?" tanyanya.

"Masih sih."

"Hmm, nanti malem aku pulang sama Marc."

"Ohh.. iya, naik apa?" dalam hatiku entah kenapa sedihhhh banget dengar kata 'pulang' itu.

Aku jadi galau sendirian nih gara-gara mau ditinggal nikah Adrian?

"Disuruh mamaku sih naik travel. Tadinya padahal mau di jemput."

Aku bergeming, gak menjawab.

"Ken?"

"Hah? Ya?" aku tergagap. Kenapa dah!

"Kalau pusingnya mendingan, mau makan gak nanti siang?"

"Oh! Boleh. Kamu mau kujemput?"

'Kamu' lagi gak tuh aku ngomongnya. What the hell is wrong with me.

"Gak usah, gampanglah. Yaudah nanti kutelepon ya. Aku mau mandi dulu."

Sedetik setelah telepon dimatikan, aku lari keluar toilet.

"Buset kesambet setan ya Ken?"

"Cepet! Taxi online! Mau mandi terus dandan!"

Anin mengerutkan dahi, tapi aku gak peduli. Pokoknya.. mau dandan! Entah kenapa seneng banget! Pokoknya mau dandan secantik-cantiknya!

***

*KAIRO'S POV*

"Laki-laki keparaaaat!"

"Bajingyaaaaannn!"

Aku mukul-mukul dari luar selimut sambil menjerit seperti perempuan. Aku sering bercandain Marc kayak gitu kalau bangunin dia di rumahnya. Memalukan kadang. Tapi udah kebiasaan.

Orang yang ada di dalam selimut langsung membuka selimutnya.

Aku kaget setengah mati! Kok cewek????

Gila! Malu banget aku ngomong kayak bencong barusan!

"E-eh.... Sori. Kirain Marc." nada bicaraku langsung normal.

Dia otomatis menutupi bagian dadanya. Sialan si Marc mengotori ranjang ini. Untung malam ini kita pulang!

"I-iya gapapa." jawabnya canggung.

"Marc mana ya?"

Baru aja aku tanya, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Di situ Marc nongol hanya menggunakan sweatpants.

"Udah balik toh." katanya santai ke arahku.

Aku memutar bola mataku, kesal.

"Kamu mau aku anterin pulang Syan?" tanya Marc ke cewek itu. Aku masuk kamar mandi buru-buru. Mau makan sama Kenny.

Sambil mandi, aku teringat lagi ciuman yang semalam.

Mungkin Kenny gak akan ingat karena dia mabuk. Tapi aku sadar 100%.

Sedihnya... ciuman pertama sama orang mabuk bukannya sama pacar yang saling suka.

Aku berjalan keluar kamar mandi setelah selesai mengeringkan rambutku, disambut oleh tatapan menghakimi dari Marc. Dia menyelidiki tubuhku dari atas sampai bawah.

"Ngapain aja lo sama Kenny?"

"Hah????" hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Melirik kiri kanan, oh cewek itu udah gak ada.

"Ngaku." tambah Marc.

"Gue gak bejat kayak lo ya!" aku menjitak kepala Marc.

"Gue anterin ke studionya gara-gara dia mabok, terus gue tidur di lantai nunggu pagi sampe ada pegawainya yang dateng."

Aku mengambil bajuku dari tas, "Gila lo ya gue sama Kenny ditinggalin gitu aja."

"Cari mangsa bro?" jawah Marc cengengesan.

"Bilang kan bisa! Gue bukain dah kamar baru, elah. Untung aja gue gak bawa Kenny ke sini kan."

"Kenapa gak lo aja yang buka kamar baru?" goda Marc.

"Gue gak bejat kayak lo."

"Yakin gak ngapa-ngapain sama Kenny semalam?" dia gak berhenti ngegoda aku sama sekali.

"Iya." jawabku pelan. Padahal kita ciuman, tapi aku gak mau kasih tau dia, nanti pasti dia bacot.

"KOK SENYUM-SENYUM?!" aku terlonjak. Gak sadar kalau wajah Marc tiba-tiba udah ada di depan wajahku. Aku ketahuan senyum sendiri. Brengsek emang si Marc.

"Gak ngapa-ngapain! Berisik. Udah ah gue mau jalan sama Kenny, mau makan. Ikut gak?"

Marc menatapku dengan tatapan nakal, "Gak ah. Gue juga mau nakal-nakalan mumpung lo gak bakalan ke sini sampe ntar malem."

"Mana kuncinya?"

"Ini tuan putri." kata Marc menyerahkan kunci mobil sambil membungkuk.

"Awas HIV." ujarku sambil berlalu.

"Eh sialan!"

"Have fun sayaaaanggg!" Marc mencium telapak tangannya dan meniupkan ke arahku. Kadang aku geli sama tingkah lakunya, tapi aku juga sering begitu ke dia. Gak hanya sekali-dua kali kita dibilang homo sama temen-temen sekolah.

Marc itu teman yang super duper pengertian. Aku tahu mungkin dia nakal karena sembarangan tidur sama cewek lain, tapi ninggalin aku dan Kenny itu pasti disengaja karena dia tau aku suka sama Kenny.

"Halo? Aku jemput ya?"

"Iya. Aku udah send location yaa." jawab Kenny dari seberang telepon.

Berhubung ini hari terakhirku di Jakarta, aku pokoknya mau hari ini jadi special!

Download stories to your phone and read it anytime.
Download Free