HinovelDownload the book in the application

Kangen

*KENNY'S POV*

Gara-gara terlalu banyak menangis, mataku sampai susah banget dibuka. Aku yakin sekarang penampakannya seperti orang yang baru selesai operasi lipatan mata. Tapi telepon itu berdering terus-terusan, kepalaku mau pecah mendengarnya.

Aku melirik nama yang tertera di layar, Adrian.

Ahh. Udah ganggu pagi-pagi, Adrian pula. Malesin banget.

Lagi-lagi telepon berbunyi, aku mengangkatnya dengan kesal.

"Apaan sih telepon terus! Ganggu orang aja pagi-pagi!" kesal udah diubun-ubun.

"Eh... Aku ganggu ya? Maaf maaf, nanti aku telepon siangan deh."

"Loh?" aku melihat layar ponselku.

Kairo Stefan.

"Kairo! Maaf kupikir orang lain.." aku langsung duduk mengusap wajahku. Aduh kasar banget aku sama dia.

"I-iya gapapa. Emang siapa yang telepon terus Ken?"

"Itu.. cowok yang kemarin.." aku gak mungkin cerita kan ke Kairo tentang pergumulan menjijikan yang aku lihat semalam?

"Ohh.. Kamu baru bangun ya?"

"Iya nih.. Kamu lagi ngapain Kai? Pagi banget bangunnya?"

"Aku emang bangun jam segini. Oh iya, aku bawa kabar bagus nih."

"Apa???"

Kairo berdeham sebentar diseberang telepon, terdengar suara pintu. Mungkin dia masuk ke dalam kamar.

"Apa Kai?" tanyaku tak sabar.

"Aku bakal kuliah di Jakarta!"

Aku menutup mulut, "Serius?"

"Iya.. Kamu gak seneng ya?"

"Seneng banget lah gila!"

"Aku semalem baru aja ngitung-ngitung tabunganku buat jalan ke Aussie karena keinget kamu kuliah di sana."

Kairo terkekeh, "Yaudah. Itu aja sih. Minggu depan aku ke Jakarta lagi, buat test. Mau nemenin kan?"

"Emang gak malu kalo pergi sama aku?"

"Ngapain malu? Kan kamu pacarku."

Percaya gak percaya, pipiku panas sekarang. Gila, aku bisa kesenengan gak jelas gini dirayu sama anak kecil!! Astaga.

Begitu telepon ditutup, aku malah lompat-lompat kegirangan. Gak habis pikir benar-benar, baru aja semalem aku nangis meraung-raung, tapi pagi ini rasanya perubahan moodku berubah drastis. Rasanya benar-benar seneng!

Kairo Stefan...

Anak itu. Gemesin!

Bikin gregetan aja.

Aku menggerakkan jempolku, scrolling, melihat-lihat fotonya di instagram. Foto yang di tag sama teman-temannya juga kulihat satu-satu. Sama sekali tidak ada wajahnya yang terlihat jelek. Kecuali di instagram Marc, karena rata-rata difoto candid, jadi mukanya cengo semua.

Handphoneku tiba-tiba berbunyi tanda notifikasi, dari Marc. Berupa video dan buru-buru kubuka.

"Apa? Coba ulangi?" kata Marc diam-diam merekam aksi temannya.

"Kangen..." dalam video itu, aku lihat Kairo telungkup memeluk gulingnya. Merengek seperti anak-anak.

"Kangen siapa?"

"Kangen Kenny,"

"Kangen siapa???"

"KANGEN KENNY!" jeritnya. Dia menggerung-gerung di ranjang. Lucunya. Aduh ingin sekali kuterkam laki-laki ini.

"Gue kirimin ya ke Kenny?"

Kairo menengok, melihat ke arah kamera. Menyadari kelakuan busuk temannya.

"Eh! Jangann!" dan kemudian video itu berhenti.

Aku tertawa cekikikan. Kuulang-ulang rekaman video itu. Apa aku gantian menyusul mereka ya? Toh ke Garut gak terlalu jauh?

Ah tidak. Tidak.

Agresif banget sih Kenny. Aneh banget dirimu yang sekarang ini. Memang segitu kangennya ya sama bocah itu?

Aku cemberut.

Menerima kenyataan bahwa aku emang kangen juga sama dia. Kangen banget malahan! Duh kenapa jadi bucin begini sih aku!

***

*KAIRO'S POV*

"Ih bajingan. Apus plis."

"Udah gue kirim ke Kenny. HAHA!" Marc tertawa bodoh di depan wajahku.

Susah payah berusaha kurebut handphonenya, tapi kutahu semuanya akan sia-sia. Kalau emang udah di kirim, aku bisa apa? Ya semoga aja mukaku gak jelek. Untung udah mandi!

Marc tiba-tiba datang ke sini karena kita mau daftar universitas bareng. Sekarang sistemnya online, jadi nanti kita datang cuma untuk tinggal test aja dengan bawa bukti print perdaftaran online itu.

Huf.. Aku kangen, kangen beneran sama Kenny. Padahal baru pisah kemarin. Rasanya pengen cepetan balik lagi ke Jakarta. Pengen ketemu, pengen peluk dia kayak sebelum aku pulang.

"Jakarta yuk?" tanyaku sambil menerawang. Merebahkan diri memeluk guling usangku.

"Yuk. Minggu depan kan sekalian test?"

"Besok aja. Kangen banget sama Kenny."

"Eh udah deh. Jangan lebay. Nanti dia bosen malahan ngeliat elo kalo kegatelan dikit-dikit pengen ketemu."

"Oh gitu ya?"

"Iya." kata Marc berkutat dengan handphonenya.

"Eh Iggy kok gak balik ke sini? Lagi libur padahal."

Iggy saudara tiri yang seumuran denganku, ingat kan? Dia sudah kuliah di Jakarta. Aku dan Marc baru lulus SMA karena pernah gak naik kelas berduaan, ingat juga kan?

"Kemarin lagi di Jakarta bukannya ketemuan." jawabku.

"Ketemuan coy. Lu aja yang sibuk sendiri ngebucin."

"Bucin apa sih?" aku mengerutkan dahi.

"Budak cinta!"

"Kapan ketemuan sama Iggy? Kok gak bilang gue?" tanyaku masih bingung. Dia gak ada menyinggung Iggy sama sekali kemarin. Malah ngomongin tentang aku dan Kenny terus.

"Pas lo lagi pergi sama Kenny lah,"

"Katanya sama Syan?"

"Syan itu cewek yang pagi-pagi itu kan?"

"Iya. Itu temennya ternyata." jawab Marc lemas.

Aku tahu banget.

Jelas Marc lemas, dia kan suka banget sama Iggy. Dan kalau Iggy tahu dia jalan sama temannya, otomatis Iggy pasti gak mau sama Marc kan?

Cewek tuh.. kalau lagi ngumpul, suka cerita-cerita juga gak sih apa yang baru aja dia lakuin sama cowok gitu?

Kalau iya, berarti Iggy pasti bakalan tahu kalau Marc meniduri temannya.

Marc pasti kiamat.

Dead end.

"Terus gimana?"

"Gak tau deh. Gue langsung males hubungan sama Syan lagi."

"Iggy?"

"Gue dikacangin sekarang. Suek banget kan."

Aku ingat Marc pernah cerita waktu dia mengajak Iggy jalan-jalan sebelum Iggy pindah ke Jakarta untuk kuliah. Sekitar satu tahun lalu. Aku shock setengah mati mendengar bahwa dia berciuman dengan saudara tiriku saat nonton di bioskop. Lebih shock lagi karena.. mereka sampai sekarang gak pacaran. Aku gak berani tanya sama Iggy karena aku gak terlalu dekat sama dia. Jadi aku gak tahu siapa yang sebenarnya brengsek, Iggy atau Marc. Mereka kayak pasangan gak jelas, status gak ada, tapi diam-diam saling mengejar. Padahal udah benar-benar saling kenal.

Bertolak belakang banget sama aku dan Kenny. Belum terlalu kenal dan baru dekat, aku udah main gas aja. Udah main nembak aja. Untung diterima. Kalau ngga, kayaknya sekarang kita bakalan nangis berdua deh.

Aku gak akan sanggup deh kayak Marc. Bertahan di atas ketidakpastian. Takut menjalani hubungan sama cewek lain karena hatinya sebenarnya terikat padahal gak ada status antara dia dan Iggy. Merindukan seseorang yang gak tahu dia mikirin kita atau cuma nganggap kita mainan. Mungkin itu yang Marc rasakan sekarang. Aku kadang ikut prihatin.

Sepertinya, kali ini aku harus gantian membantu Marc. Dia terlalu banyak membantuku sampai bisa dengan Kenny. Tapi aku baru sadar kalau aku gak pernah lakuin apa-apa buat hubungannya dengan Iggy. Padahal aku saudara tirinya, seharusnya aku lebih bisa diandalkan.

"Baiklah Marc. Minggu depan, mari kita sama-sama mengejar cinta kita."

Hoek.

Mau muntah sendiri aku mendengar kalimat yang keluar dari mulutku.

"Najis lo Kai."

Sudah kuduga jawaban Marc gak akan jauh dari kata itu.

Download stories to your phone and read it anytime.
Download Free